Calon sarjana kampus STIS Hidayatullah ikuti pembekalan

Sebanyak 58 mahasiswa/ mahasiswi calon sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan mengikuti pembekalan selama 4 hari (Senin, 25 Juli 2022-Kamis, 28 Juli 2022) dirangkaikan dengan pelatihan paralegal selama 2 hari (Jum’at, 29 Juli 2022-Sabtu, 30 Juli 2022).

Kegiatan ini istimewa dan berbeda seperti kampus lain pada umumnya, dimana pelaksanaan acara digelar di tempat terpisah antara mahasiswa dan mahasiswi.

Salah satu tujuan dilaksanakan kegiatan pembekalan ini menurut Waka I STIS Hidayatullah Balikpapan Rizky Kurnia Sah adalah sebagai penguatan mental bagi calon alumni sebelum bertandang ke gelanggang.

“Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa calon sarjana angkatan 16 STIS Hidayatullah,” kata Rizky dalam keterangannya kepada tim Kampus News, Ahad (7/8/2022).

Calon alumni ini diharapkan dapat terus menebar manfaat dan maslahat di manapun mereka berada dan ditugaskan kelak.

Sebagaimana filosofi logo STIS Hidayatullah, Rizky mengatakan dengan mengenyam pendidikan di kampus hijau, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan potensi diri sehingga dapat tercerahkan oleh ilmu yang dimiliki, memahami kewajiban berdakwah menebar maslahat di manapun berada dengan bersinergi dalam mencerahkan ummat.

Rizky menyampaikan bahwa alumni STIS Hidayatullah di mata kader-kader yang tersebar di seluruh cabang itu hebat, lebih hebat dari apa yang mereka kira. Oleh sebab itu Rizky memotivasi agar tetap menjaga dedikasi dan loyalitasnya.

“Jangan perkerdil anggapan tersebut hanya karena terjebak pada masalah sepele,” kata Rizky yang juga punggawa di Pengurus Pusat Pemuda Hidayatullah ini.

Rizky yang juga mengampu sebagai lawyer ini sekali lagi berpesan agar seyogyanya alumni dapat membangun ukhuwah dan ikatan yang kuat dengan partner ataupun atasannya, karena ikatan itu lebih kuat dari ekspresi.

Rangkaian 6 hari acara ini dihadiri juga sejumlah narasumber dari beragam latar belakang. Diantaranya ada Ketua SDI DPP Hidayatullah Muhammad Arfan AU yang membawakan materi “problem solving”.

Arfan menekankan bahwa ketika menemui masalah maka sebaiknya identifikasi terlebih dahulu masalah yang terjadi, analisa, telaah, dan pahami baik-baik duduk perkaranya agar dapat memberi solusi yang efektif.

Kemudian ada pendidik senior Husnaeni Halim yang mengisi sesinya ini dengan mengajak peserta untuk mentadabburi ayat Al-Qur’an Q.S Al-Jumu’ah ayat 2 tentang misi kerasulan.

Dia berpesan hendaknya seorang murobbiyah tidak ada waktu luang kecuali digunakan untuk meningkatkan kualitas diri dibarengi dengan perlakuan adil terhadap keluarga.

Selanjutnya Umi Salami yang membawakan materi pengkaderan keputrian yang menekankan kembali bahwa penugasan adalah pengkaderan terbaik.

“Yakini! Allah selalu membersamai kita selama kita melakukan kebaikan. Yakini! Akan ada keberkahan dan hasil yang akan kita peroleh setelah bersusah payah melalui proses yang panjang,” kata Umi Salami.

Materi yang lain ada Muhammad Zaim Azhar dengan tema orientasi pembekalan yang memaparkan bahwa tujuan pengenalan (orientasi) adalah untuk meminimalisir benturan antara lingkungan yang lama dan yang baru.

Zaim menjelaskan bahwa ada 5 bekal wajib yang harus dimiliki dalam mengarungi kehidupan, yaitu: Mu’ahadah (Perjanjian), Mujahadah (Kesungguhan), Muroqobah (Perasaan selalu diawasi oleh Allah SWT), Muhasabah (Evaluasi diri), dan Mu’aqobah (Sanksi/hukuman).

Di akhir materi, Zaim selaku ketua STIS Hidayatullah Balikpapan berpesan agar alumni dapat menjaga nama baik almamater dan dapat menjadi ujung tombak yang membuktikan eksistensi kampus di tempat tugas.

Sesi keenam hadir Luqman Hakim dengan tema jatidiri Hidayatullah. Dalam sesi ini, Luqman memaparkan tentang muatan-muatan umum yang terkandung dalam buku 60 Jadwal Bayani, buku yang menjadi referensi utama dalam pelaksanaan kegiatan halaqoh wustho yang sudah wajib diikuti oleh setiap peserta pembekalan yang telah mengikuti Daurah Marhalah Wustho Hidayatullah.

Luqman juga menjelaskan bahwa Lembaga Hidayatullah terdiri dari 3 bagian, yakni: Infrastruktur (asset/bangunan), struktur (kepengurusan), dan yang paling inti dan tidak bisa hilang yaitu suprastruktur (jatidiri).

Materi selanjutnya disampaikan oleh Ketua Umum PP Muslimat Hidayatullah (Mushida) Hani Akbar dengan tema Grand Strategi Mushida dalam Tarbiyah dan Dakwah. Hani menjelaskan bahwa fokus dakwah Mushida adalah keluarga, dan tujuan mendakwahkan agama Allah adalah untuk membesarkan nama Allah, bukan ashabiyah (membesarkan suatu institusi tertentu saja).

“Perempuan memiliki kekayaan yang wajib dijaga, yakni: lisan yang selalu berdzikir, hati yang selalu bersyukur, dan menjaga harkat dan martabat keluarga dengan menjadi wanita sholehah,” kata Hani yang mengisi di kampus putri.

Kemudian ada materi yang disampaikan oleh KetuaYayasan Hidayatullah Gunung Tembak, Hamzah Akbar, dengan tema Survival di Medan Dakwah.

Hamzah menjelaskan secara lengkap bahwa survival adalah seni beradaptasi (bertahan hidup) dengan lingkungan berfasilitas seadanya, akan tetapi tetap bisa eksis. Ia berpesan agar para calon alumni selalu membiasakan diri untuk berfikir ideal dan bekerja realistis.

Selanjutnya ada materi “Sinergi Alumni dalam Pengembangan PTH” yang disampaikan oleh Masykur Suyuti. Ia menyebutkan bahwa orang-orang yang mampu bersinergi adalah yang sudah mampu mengendalikan dirinya.

“Artinya, ia sudah selesai dengan dirinya karena telah memahami potensi dan kemampuannya sendiri,” kata Masykur yang juga Ketua LPPH Gunung Tembak ini.

Masykur mengajak peserta pembekalan mengaitkan antara tema yang ia sampaikan dengan Al Quran surah Al-A’raf ayat 150 tentang kisah nabi Musa yang memegang kepala nabi Harun sambil menarik ke arahnya.

Melalui kejadian ini, nabi Harun tidak menyalahkan nabi Musa, karena dia sudah bersinergi dengan tugasnya, begitupula nabi Musa yang tidak menyalahkan nabi Harun karena dia sudah bersatu dengan tanggung jawabnya.

“Meskipun partner kita belum benar, maka jangan menyalahkan apalagi membuat jarak, karena kita ditugaskan bukan sebagai tim penilai,” kata Masykur mengingatkan.

Di akhir materinya Masykur menyampaikan bahwa didikan mahal yang didapatkan dari Hidayatullah Gunung Tembak adalah adanya usaha dari dalam diri untuk memenuhi harapan, bukan karena mampu, tapi karena meyakini bahwa di dalam ketaatan terdapat pembelajaran dan kebahagiaan.

Materi terakhir yang disampaikan di hari ke-2 kegiatan pembekalan disampaikan oleh Abul A’la Al-Maududi dengan tema “Peran dan Fungsi Kesekretariatan untuk Keberlangsungan Organisasi”.

Al Maududi menjelaskan bahwa sekretaris sebagai perpanjang tanganan dari pimpinan harus bisa menjadi pusat data, pusat pelayanan, dan pusat informasi.

“Jangan sampai mengerjakan pekerjaan yang tidak direncanakan dan jangan merencanakan pekerjaan yang tidak bisa dkerjakan,” pesan Al Maududi yang juga Sekretaris Kampus Induk Hidayatullah Balikpapan ini.

Kemudian ada juga materi yang disampaikan oleh Asih Subagyo dengan tema mengenal Hidayatullah. Menurut Kabid Organisasi DPP Hidayatullah ini, Hidayatullah sampai saat ini masih tetap eksis dikarenaan adanya ikatan tauhid antar sesama kader disamping Hidayatullah memiliki manhaj yang kuat dan tsaqofah Islam yang berkembang.

Kemudian ada juga materi yang dibawakan oleh Iwan Ruswanda tentang manajemen kantor. Iwan menjelaskan bahwa tujuan manajemen kantor adalah agar dapat memberi informasi dan keterangan yang lengkap bagi yang memerlukan.

Fungsi manajamen kantor lainnya yakni agar dapat memberikan catatan dan laporan, dapat membantu organisasi dalam memelihara dan memenuhi kebutuhannyan, dan dapat memberikan pelayanan secara efektif kepada mitra kerja.

Ada juga sesi motivasi dan sharing pengalaman dakwah yang disampaikan oleh Ust Amien Mahmud. Sebagaimana para peserta yang akan bertandang ke gelanggang, Amien kembali mengingat pengalaman pertamanya yang diperintahkan berdakwah pada dua tempat yang mana keduanya bukanlah medan dakwah yang mudah.

“Saya disuruh memilih antara berdakwah di Papua yang katanya nyamuknya sebesar anak ayam atau di Palembang yang di sana itu murah nyawa,” kurang lebih seperti itu penuturan Amien saat berbagi pengalaman. Di akhir, ia berpesan “jaga sholatmu! Jaga perintah Allah! Dan ingat, dalam perjuangan tidak ada yang namanya refreshing!”

Ada pula materi yang disampaikan Siti Solekhah tentang membangun kultur kepemimpinan di lingkungan asrama. Dalam sesi ini, Siti menyampaikan tentang urgensi keakraban antara pemimpin dan orang yang dipimpin.

Siti juga menekankan pentingnya memperlakukan orang yang dipimpin seperti keluarga adalah karena kita butuh informasi dari mereka. Apabila kita dekat dan bisa mengambil hatinya, maka dia akan mudah mengikuti aturan yang ditetapkan.

Tak kalah menarik, ada pula materi yang disampaikan oleh Baharudin Ismail dengan tema “Masyarakat Madani Berperadaban Islam”. Baharuddin menjelaskan bahwa kampus-kampus Hidayatullah yang tersebar di seluruh daerah diharapkan dapat menjadi miniatur peradaban Islam yang memiliki ciri-ciri: saling menebarkan salam, menjalin silaturahim, saling memberi makan, dan mendirikan shalat lail saat orang lain tidur.

Selain itu, ada sesi brainstorming yang dihadiri oleh para alumni yang sudah bertugas mengabdi di tengah masyarakat. Diantaranya ada pesan hikmah ketika seorang sarjana telah berada di medan dakwah, diantaranya: 1) Perbaiki adab terutama pada orang tua; 2) Bermental baja; 3) Rendah hati, tawadhu, dan hindari kesombongan; 4) Jangan sampai mengambil keputusan sendiri untuk masalah yang seharusnya diselesaikan bersama.

Adapun pada 2 hari terakhir dilaksanakan pelatihan paralegal yang dipandu oleh petinggi LBH Hidayatullah yakni Dudung Amadung Abdullah dan Hidayatullah. Tujuan diadakan pelatihan ini yakni sebagai salah satu layanan dakwah, juga mencetak paralegal yang dapat mendamping dai yang bermasalah hukum.

Pada pemaparannya, Dudung menjelaskan secara sederhana bahwa paralegal itu layaknya perawat jika di Rumah Sakit, adapun advokat maka setara dengan dokter. Adapun materi inti dalam pelatihan ini, selain membahas tentang urgensi memahami hukum beserta penjabarannya, peserta juga diajarkan cara membuat surat kuasa dan somasi.

Kegiatan pembekalan calon alumni selama 4 hari yang dirangkaikan dengan 2 hari pelatihan paralegal ini diakhiri dengan ikrar paralegal yang dipandu oleh Dudung Amadung Abdullah, dilanjutkan dengan pembacaan SK penugasan alumni STIS Hidayatullah angkatan 16 oleh Arfan AU.

GINA SAKINAH

Related Articles

27 Pemuda Indonesia Ikuti Program Sapa Dunia di Malaysia dan Thailand

JAKARTA - Sebanyak 27 pemuda dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti...

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Same Category

27 Pemuda Indonesia Ikuti Program Sapa Dunia di Malaysia dan Thailand

JAKARTA - Sebanyak 27 pemuda dari berbagai daerah di...

Usai Pelatihan Qur’an, Mahasiswa TC STIE Hidayatullah Ikuti Mentoring BTH

DEPOK - Usai sudah mahasiswa peserta Training Center (TC)...

Gelaran PPKMB 2022 STIE Hidayatullah Teguhkan Aktualiasi

DEPOK - Kampus Sekolah Tinggi llmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah...
spot_img

Stay in touch!

Follow our Instagram